"Your brand is what other people say about you're not in the room"
(Jeff Bezos)
Bermula
dari melihat postingan instagram @emakbloggersolo yang mengadakan acara “Marketing
Yourself: Developing Your Personal Branding” aku tertarik ikut karena materinya
bagus. Tapi sempat bingung juga, jadi ikut apa enggak karena acara ini
berbayar. Kalau sudah meniatkan diri untuk ikut, ya harus datang kan rugi sudah
bayar. Hadir di sana pun harus dapat menyerap ilmu dengan baik. Berhubung daya
ingatku enggak oke-oke banget, harus banyak mencatat. Sampai tiga lembar kertas
yang disediakan panitia habis buat menulis. Sayang kan, masak pulang-pulang
kertas masih kosongan.
Ingat
pesan beberapa coach, mengapa sebuah training harus berbayar. Sebab
dengan berbayar orang lebih serius belajar. Kalau gratisan, seringkali dianggap
sepele. Apalagi kalau sebuah acara bayarnya mahal, pastinya peserta tak hanya
datang saja tapi akan mendalami isi dan praktik.
Kunci
utama membangun personal branding adalah percaya diri. Orang yang belajar personal
branding sudah tidak memikirkan kebutuhan dasar. Artinya kebutuhan primernya
telah terpenuhi. Sudah tidak mikirin besok mau makan apa. Tak hanya itu,
kondisi negaranya juga aman. Tidak dalam kondisi perang atau konflik. Mana
mungkin mikirin personal branding kalau nyawanya saja terancam. Bisa hidup
dengan selamat saja sebuah anugerah.
Mak Sara Neyrhiza
– praktisi komunikasi - selaku narasumber yang juga merupakan seorang dosen,
menceritakan awal mula beliau membangun personal branding. Ia berasal
dari keluarga biasa. Orangtuanya berprofesi pedagang pakaian. Tapi, beliau
tidak cocok jika ikutan jualan pakaian. Terlebih setelah melihat pekerjaan
orangtuanya ini kurang bisa menutupi kebutuhan. Itu kenapa beliau terpikir
harus mendesain personal branding.
Branding
1. Natural
Branding tumbuh secara alami. Contohnya anak seorang artis, anak presiden. Mereka
tidak perlu susah payah membangun personal branding, karena sudah
terbangun secara alami. Bahkan anak artis masih dalam kandungan saja sudah
banyak followernya.
Dulu sempat kepo akun anaknya Baim Wong. Isinya baru foto USG saja aduh followernya bejibun. Lha kita mak, mau follower seribu saja butuh berdarah-darah kalau dengan cara manual. Kecuali pakai promosi berbayar atau tools mungkin hasilnya bisa meningkat secara signifikan. Kalau pun mau promosi berbayar, lha apa yang dipromosiin kalau diri kita belum punya “nilai” lebih.
Dulu sempat kepo akun anaknya Baim Wong. Isinya baru foto USG saja aduh followernya bejibun. Lha kita mak, mau follower seribu saja butuh berdarah-darah kalau dengan cara manual. Kecuali pakai promosi berbayar atau tools mungkin hasilnya bisa meningkat secara signifikan. Kalau pun mau promosi berbayar, lha apa yang dipromosiin kalau diri kita belum punya “nilai” lebih.
2. By Design
Kalau ini
nih, cocok buat kita-kita yang terlahir dari orang biasa. Ketika menyebut,
Diana Puspitasari, Panji Herlambang, emang dia siapa sih? Eh maaf ya kalau ada
kesamaan nama, hehe. Saat menyebut nama tersebut, tapi masih banyak yang bertanya-tanya
siapa dia, berarti belum dikenal sebagai apa.
Tapi coba
kalau menyebut nama Raffi Ahmad. Dia seorang artis. Lalu nyebut Atta
Halilintar. Ah, dia seorang youtuber. Buat kita yang belum dikenal sebagai
siapa, maka harus didesain agar dikenal sebagai apa. Misal, pengen dikenal
sebagai food fotografer. Tapi isi sosial medianya hanya selfie melulu. Ya,
enggak sinkron.
Untuk
dikenal sebagai food photographer, maka kita harus mengenalkan diri
melalui sosial media yang berhubungan dengan apa yang mau kita bangun. Seperti
dengan memposting foto-foto makanan dengan angle menarik. Ini akan
menunjang kredibilitasnya.
Mak Sara, membangun
personal branding sejak tahun 2007. Selama sepuluh tahun di awal karirnya
berakhir percuma karena salah dalam melakukan strategi branding. Gaji
yang didapat habis buat memenuhi kebutuhan dasar. Tapi, dalam dua tahun
terakhir, setelah serius mengubah atau membangun personal branding,
karirnya semakin bagus. Banyak brand-brand yang bekerjaama dengannya.
Personal Branding
1. Image
Membangun citra diri yang baik.
2. Trust
Membangun kepercayaan. Sebagai contoh, orang mau beli roti kekinian
seorang artis bahkan rela sampai antrian panjang, kehujanan, kepanasan karena
adanya kepercayaan. Selain percaya pada produknya, mereka juga percaya dengan
yang punya produk. Dalam hal ini adalah artis yang sudah dikenal publik.
3. Opportunity
Orang yang sudah dikenal, kredibel, punya potensi akan memiliki
kesempatan rezekinya melimpah. Jangan berpikir membangun personal branding
untuk riya, pamer, bisnis atau untuk uang. Goals personal branding untuk
bermanfaat buat orang lain.
4. Business
Jangan berpikir kita hanya seonggok daging. Kita adalah produk yang ada
merknya. Hanya saja merknya dioptimalkan apa tidak.
Walau kita bekerja di tempat orang, jangan biarkan brand
perusahaan masuk atau menempel ke kita. Sebab apa yang terjadi di perusahaan
itu berpengaruh pada kita. Jangan bangga jadi karyawan X walau gajinya besar. Menurut
Mak Sara, yang boleh menempel perusahaan kita hanyalah foundernya saja.
Sedangkan posisi di bawahnya tidak perlu.
"Juallah Produkmu Sendiri"
1.
Know why
Harus tahu alasan kuat membangun personal branding.
Misalnya, saya membangun personal branding karena ingin punya
penghasilan 1 milyar sebulan.
2. Own Difference
Tentukan hal spesifik, unik yang menjual dan beda dari
kompetitor.
3. Find Your People (segmentasi pasar)
Harus memikirkan siapa pasar kita karena akan berpengaruh
pada take action. Tidak nggebyah uyah – semua kalangan – jadi
target market. Perlu dijelaskan secara detail siapa target marketnya.
Ada empat pembagian terkait pengenalan diri sendiri menurut The
Johari Window (luft, 1969):
Open: Known to others and known to self (Saya tahu,
orang lain juga tahu). Misal, orang lain tahu kita cerewet, saya pun menyadari
kalau cerewet
Hidden: Not known to others but known to self (Orang
lain tidak tahu, tapi saya yang tahu).
Misal, saya orangnya memiliki kriteria kebersihan yang tinggi
saat di rumah. Dirinya sendiri tahu, tapi orang lain tidak tahu.
Blind: Known to others but not known to self (Orang
lain tahu tentang diri kita, tapi kitanya tidak tahu).
Misal, orang lain menilai kita orangnya sombong, tapi kita
tidak sadar kalau sombong.
Unknown: Not known to others and not known to self (Orang
lain tidak tahu, diri sendiri juga tak tahu).
Misal, kleptomania. Dia sering ambil barang orang. Dirinya
sendiri tidak menyadari kalau mencuri, orang lain pun tidak tahu. Ketahuan
setelah ada rekaman CCTV.
Sekarang PR kita dalam membangun
personal branding adalah tanya ke orang lain, saya ini gimana? Bisa tanya ke
pasangan, teman terdekat. Cari jawaban yang objektif.
Dari penjelasan di atas yang kita
cari adalah area terbuka atau open. Setelah menemukan, lalu buat tabel SWOT:
1.
Strenght (kekuatan) misalnya, suka ngomel.
2.
Weakness (kelemahan) misalnya, badannya pendek, solusi pakai high heels.
3.
Opportunity (kesempatan) misalnya, semua acara pasti butuh orang ngomong.
4.
Threats (ancaman) misalnya, yang bisa ngomong itu banyak, cari perbedaannya.
Fokus pada kelebihan.
Tentukan Goalsnya
Kalau sudah
tahu kelebihannya apa, waktunya tentukan goals. Misal, di tahun 2020
saya akan mengadakan 20 pelatihan public speaking dengan nama sendiri.
Semua biaya saya yang menanggung. Tahun 2021 sudah memiliki sekolah public
speaking.
Personal Branding di dunia Online dan Offline
Contoh personal
branding: saya bisa masak, orang lain tahu kalau saya bisa masak, orang
lain mengadakan kerjasama. Untuk mempercepat branding harus merambah dunia online.
Jadi kalau mau dikenal sediakan informasi untuk dikenal. Kita harus menyediakan
konten itu di internet. Optimalkan blog, sosial media, linkedIn dan lain
sebagainya. Apa yang diposting di internet harus juga dilakukan di offline. Betapa
pentingnya sebuah image positif, hingga ada yang rela membayar media untuk
mengcounter berita negatif.
Memposting
hal-hal berkaitan dengan diri kita di internet terkadang dianggap narsis. Tapi
nanti dulu, apa bedanya narsis dengan percaya diri. Narsis itu semua
diceritain. Lagi senang, marah, kesel diceritain di sosmed. Seakan sosmed
menjadi tempat curhat. Bedanya percaya diri adalah percaya dengan potensi yang
ada. Apa yang diposting di sosmed dalam rangka membangun citra diri akan
kemampuannya di suatu bidang dan bermanfaat untuk orang lain. Sebuah
akun di sosial media akan menggambarkan diri kita. Dengan melihat feed instagramnya
bisa tahu dia siapa.
Cara Ngecek Apakah Kita Sudah Terbranding
di Dunia Maya
Salah satu
cara apakah personal branding kita di dunia maya sudah terbranding
dengan baik atau tidak. Dengan menuliskan nama kita di google. Nanti
akan muncul di halaman pertama apakah yang muncul menggambarkan diri kita.
Sebagai contoh, diketik nama Mak Sara Neyrhiza. Maka yang muncul tentang profil
Mak Sara sebagai praktisi komunikasi dan digital content creator. Coba
masing-masing dari kita menulis namanya di google apakah sudah
tergambarkan sosok kita. Jika belum, maka perlu mendesain personal branding.
Nama Mak
Sara bisa muncul di google dan menggambarkan kepribadiannya itu bukan
sebuah kebetulan. Tapi memang didesain. Kalau kita juga mau membangun personal
branding, maka juga harus membangun lewat dunia online. Sebab dunia
maya ini pengaruhnya sangat besar di era digital ini. Orang dengan mudah
mengenal seseorang cukup dengan melihat feed di instagram, FB, blog dan
lain sebagainya.
Untuk
membangun personal branding kita harus tahu siapa diri kita, potensi, passion
dan apa yang unik dari diri kita. Berikut cara mencari passion kita.
Cara Menentukan Passion:
1. Enjoy
Dilakukan dengan senang hati. Tanpa ada paksaan.
2. Easy
Dapat dilakukan dengan mudah.
3. Excellent
Cukup mumpuni di bidang yang digeluti.
4. Earn
Mampu menghasilkan berupa prestasi, uang. Mak Sara mencontohkan dirinya
hobi bersih-bersih rumah. Tapi bagi Mak Sara sulit untuk bisa menghasilkan uang
dari hobinya itu. Begitu juga dengan hobinya memakai baju tapi tidak bisa untuk
mendesain atau memproduksinya.
Pada sesi
selanjutnya peserta ditanyai satu-satu mengenai apa personal branding
yang akan dibangun. Kebetulan aku tidak mendengarkan semuanya karena lagi shalat.
Tapi ada nih peserta yang menarik, dia hobi traveling karena sudah
menikah lebih memilih ke family traveling. Tapi dia juga suka skincare.
Nah, Mak Sara ngasih masukan untuk bisa mencontoh “turis cantik.” Dia hobi traveling
tapi juga menjaga kecantikannya. Mungkin malah bisa ngasih tips saat traveling
tapi tetap bisa cantik atau menjaga kulit agar tetap baik. Kata Mak Sara personal
branding tidak melulu satu jenis passion. Bisa pula penggabungan dua
jenis passion. Seperti teman yang hobi traveling tapi juga suka
perawatan wajah.
Acara ini
merupakan event collaboration Kumpulan Emak Blogger Solo (KEB) dengan
menggandeng speaking.id. Menghadirkan dua narasumber Mak Sara Neyrhiza – praktisi
komunikasi - dan brand manager Ro.Na – brand fashion muslimah - Mak R. Ayu
Fitria. Mak Ayu Fitria juga sedikit memberikan materi bahwa fashion dapat
menguatkan citra diri. Mungkin itu dulu ya catatan dariku,
semoga bermanfaat.
Sumber: Materi
acara “Developing Your Personal Branding” oleh Mak Saya Neyrhiza dan Mak Ayu Safitri
serta pengembangan penulis.
Komentar
Posting Komentar