Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Masjid Suciati Saliman, Masjid yang Mengerti Kebutuhan Kaum Hawa

Bermula dari beredarnya informasi sebuah masjid megah viral di media sosial. Aku pun penasaran dan terus mengulik informasi tersebut. Lokasinya ada di Jalan Gito-gati, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Rasanya kok tidak asing dengan nama jalan tersebut. Kalau enggak salah sekitar rumah pemotongan ayam. Meski aku asli Yogya, tapi sudah enam tahun tidak tinggal di sana sehingga mulai banyak yang lupa. Setelah aku tanyakan ke keluarga di Yogya, ah ternyata benar! Lokasi masjid hanya berjarak sekira 1,5 km dari rumah orangtuaku. Cukup dekat bukan. Pertama kali datang ke Masjid Suciati Saliman tahun 2018. Beberapa bulan setelah diresmikan. Kemegahan masjid ini sudah tampak. Arsitektur bangunan ini perpaduan Timur Tengah dan Jawa. Mirip dengan Masjid Nabawi jika dilihat dari pintu berlapis emas dan beberapa menara yang menjulang tinggi. Saat malam hari tampak keindahan cahaya lampu berwarna hijau dari menara masjid.   Dulu sekira tahun 2012-2013 sepekan sekali aku s

Mau Piknik Hemat? Bledug Kuwu Pilihan yang Tepat

Mulanya aku dan suami hanya rencana jalan-jalan naik sepeda motor dekat rumah. Kami biasa menyebut “pit-pitan,” mau review sebuah masjid megah di sebuah kota kecamatan di Sragen. Tapi begitu sampai di sana, ternyata pembangunannya belum selesai. Agak sedikit kecewa tapi tak mengapa, kita tetap lanjut jalan-jalan. Suami terus menyusuri jalan Sragen-Tangen. Tanpa tujuan. Pokoknya pit-pitan aja. Hingga menemui sebuah pathok bertuliskan, “Kuwu 17 km” maksudnya untuk mencapai daerah Kuwu tinggal 17 km lagi. Pak suami bilang, “Kalau mau ke Kuwu 17 km lagi.” Mendengar kata “Kuwu” ingatanku langsung kembali pada masa SD yang pernah piknik ke Bledug Kuwu dan Api Abadi Mrapen. Walau sudah pernah ke sana puluhan tahun silam, tetap ingin melihat Bledug Kuwu lagi. Mungkin keadaannya sudah berbeda. Sebagai bahan dokumentasi juga, secara dulu belum begitu ngehits perkara dokumentasi piknik. “Mas, gimana kalau ke Bledug Kuwu sekalian?” “Iya, nggak apa-apa.” Untung Pak su

Mendung Gerimis Menghiasi Garebeg Mulud Yogya

Memperingati Hari Maulid Nabi, Keraton Yogyakarta punya acara yang ditunggu-tunggu warga yakni Garebeg Mulud . Kegiatan ini seakan menjadi sebuah simbol dari Keraton Yogyakarta. Orang-orang dari jauh rela berbondong-bondong hadir di acara ini. Baik itu dari Purworejo, Klaten bahkan Sragen termasuk saya. Kedatangan saya ke sini hanya ingin menyaksikan keunikan upacara garebeg. Yang mana saya asli orang Yogya tapi tak pernah sekalipun melihat upacara garebeg. Kalau pun ke alun-alun hanya sekadar melihat Pasar Malam. Tapi semenjak menikah lalu hijrah ke Sragen, rasa kangen akan ciri khas Yogya membuat ingin sekali datang di acara tersebut. Apalagi kekita berbincang dengan masyarakat luar Yogya justru ingin melihat acara garebeg. Mereka saja ingin datang, kenapa dulu saya bertahun-tahun tinggal di Yogya tidak memanfaatkan kesempatan itu. Malah keinginan itu datang setelah pindah ke Sragen. Apa-apa yang menjadi kekhasan Yogya menyeruak hadir dan ingin mengulang lagi masa-masa hi