Liburan kali ini kami memilih piknik
ke Srambang Park. Alasannya selain dekat juga merupakan tempat wisata yang lagi
ngehits. Biasanya yang menjadi tujuan wisata terdekat bagi kami adalah Kemuning
dan Tawangmangu. Berhubung sudah terlalu mainstream maka dipilihlah
tempat wisata yang ada di Ngawi.
Kalau nyebut Srambang Park yang
teringat dalam pikiran saya adalah air terjun dengan payung-payung yang
menghiasi lokasi tersebut. Memang ikon utama lokasi wisata ini adalah air
terjun. Bikin penasaran apa sih yang membedakan air terjun Srambang Park dengan
yang lain?
Perjalanan Menuju Srambang Park
Saya dan rombongan memulai perjalanan
dari rumah di Sragen menuju Ngawi sekitar pukul 08.00. Untuk menuju ke sana,
kami memilih melewati hutan karet biar terasa adem. Sepanjang jalan yang
dilewati sebagian besar adalah jalan kecil beraspal yang cukup ramai. Di kanan
kiri masih banyak sawah. Jalan ini tergolong kecil karena hanya terdiri dua
jalur dan ukurannya pun sempit. Sementara pengguna jalannya cukup banyak.
Berhubung belum begitu mengenal tempat ini, saya mengandalkan google map.
Setelah dihitung dalam satu kali perjalanan menempuh sekira 50 km. Hmmm...cukup
jauh juga, dikiranya hanya 30an km, hehe.
Tibalah saatnya tiba di tempat
wisata tujuan. Jika Anda menggunakan mobil terpaksa harus memarkirkan
kendaraannya cukup jauh dari lokasi. Sebab jalannya sempit tidak memungkinkan
mobil lewat. Sementara apabila menggunakan sepeda motor masih bisa sedikit
mendekat hingga parkiran paling terakhir. Ditandai dengan tempat terakhir para
ojek (memakai rompi orange) mengantar wisatawan. Setelah itu pengunjung harus
memarkirkan sepeda motornya lalu berjalan menyusuri jalan perbukitan.
Sesudah kendaraan diparkirkan,
pengunjung mulai dapat berjalan melewati jalan kecil yang sudah dicor. Di
sebelah kanan kiri terdapat pohon pinus/cemara. Begitu indah pemandangannya. Oya
saya pikir karena berada di pegunungan udaranya bakal dingin. Ternyata tidak.
Udaranya tetap biasa seperti halnya udara di rumah.
Sampailah di pintu masuk. Nah,
disini salahnya kami tidak mencari informasi terlebih dahulu di internet berapa
biaya masuknya. Begitu membaca, kaget juga ternyata bayarnya 20.000. Dikiranya
hanya 10.000, hehe. Saya membandingkan dengan air terjun di tempat lain yang
biayanya cukup murah. Tapi tidak apa-apa kan emang
tujuannya mencari pengalaman baru. Masak sudah sampai di pintu masuk mau balik
lagi ke Sragen, hahaha.
Memasuki Srambang Park
Saatnya menyusuri jalan di Srambang
Park. Setelah melewati pintu masuk di kanan kiri ada bola sepak buatan. Awalnya
saya mengira bola beneran. Setelah dipegang kok ga bisa ditekan? Oh ternyata
bolanya terbuat dari semen. Tak jauh dari situ di bagian atas ada banyak bola
sepak warna-warni. Nah, kalau yang ini emang bola sepak beneran terbuat dari
plastik. Ada juga payung kecil warna warni semakin memperindah pemandangan.
Yang bikin saya kagum itu, jalannya bersih banget. Ternyata jumlah tukang
sapunya cukup banyak. Sebentar-sebentar dibersihkan. Ada sampah dikit aja
langsung disapu. Mereka ditandai dengan memakai rompi orange. Tapi sayangnya
saya ga sempat memfoto karena ga enak dan malu. Tapi jangan bilang no
picture=hoax lho, hehe. Kebersihan inilah yang bikin pengunjung nyaman karena
pihak pengelola sangat memperhatikan kebersihkan lingkungan. Kalau tempatnya
bersih, mau buang sampah sembarangan jadi ga enak. Untungnya saya terbiasa
buang sampah pada tempatnya, ciee. Kalau belum menemui tempat sampah biasa saya
kantongi dulu. Nanti kalau ketemu tempat sampah barulah dibuang.
Biasanya jika mau menuju ke air
terjun pasti melewati sungai ya. Di jalanan yang saya susuri pun melalui sungai
dengan batu-batu besar. Ekspektasi saya batunya hitam, mengkilap dan bersih
seperti saat melihat ari terjun di tempat lain. Tapi di sini batunya sebagian
dilekati lumut. Jadi teringat masa kecil di desa sering bermain di sungai. Saya
mencoba menyentuh airnya, ternyata juga tidak terlalu dingin.
Alunan Musik Kaleng
Jika anda ke sini, akan disuguhi
alunan musik yang menarik. Mulanya saya kira yang memainkan musik adalah
anak-anak. Ternyata bukan. Alunan musik ini dimainkan oleh gerakan air. Wow
keren ya. Air yang mengalir dipasangi kaleng plastik, kaleng dari besi dan kayu
pemukul. Alat ini akan bergantian memukul sehingga menghasilkan alunan suara
yang enak didengar. Suasana pepohonan yang rindang, sunyi ditambah dengan
alunan suara kaleng menjadi semakin syahdu didengar. Kalau ini ada videoanya
jadi bukan hoax ya. Silakan menikmati.
Air Terjun
Kami terus menyusuri jalan yang
cukup panjang melewati beberapa jembatan. Sampai juga mendekati air terjun.
Cukup padat nih. Apalagi jalan menuju air terjun sempit dan bebatuan. Tempat
air terjun ini agak gelap dan sempit karena
diapit oleh dua bukit. Ditambah lagi saya mendatangi tempat ini saat liburan
lebaran, bisa kebayang kan penuhnya. Meski begitu rasa penasaran begitu tinggi
sehingga tetap harus sampai di dekat air terjun. Setelah melewati bebatuan
dengan hati-hati. Jangan sampai sepatu saya kena basah. Sampai juga di tempat
air terjun. Kutarik nafas panjang lalu kubuang. Udaranya tidak terlalu dingin.
Untuk airnya jelas jernih ya karena kan sumber mata air. MasyaAllah, sungguh
kebesaran Allah menciptakan alam yang luar biasa indahnya.
Berhubung sudah merasa puas di air
terjun, saya balik lagi. Kembali lagi melewati beberapa jembatan, spot foto
yang instragammable. Tak lupa mencoba menaiki replika kincir angin Belanda.
Tangganya sangat curam. Saat naik ke atas sih oke-oke saja. Tapi begitu akan
turun, waduh ngeri juga. Tangganya turun tajam. Untungnya konsidinya sepi
sehingga saya dengan mudah turun. Ga bisa kebayang deh kalau penuh orang
bergantian naik dan turun. Kelihatan kalau saya grogi, hehe. Terdapat kolam
renang yang dihiasi patung. Ada mushola juga, tapi sayangnya agak kecil. Kalau
lagi musim liburan ini penggunanya banyak sehingga harus berdesak-desakkan.
Mungkin akan berbeda kali kalau tidak saat liburan panjang. Karena penuh, kami
memilih sholat di mushola luar tempat lokasi wisata.
Awalnya saya sempat kaget dengan
biaya masuk yang lumayan mahal. Dikira tamannya hanya kecil. Tapi ternyata
tidak. Tak menyangka lokasinya sangat panjang, tamannya indah dan bersih. Jadi
dengan membayar Rp 20.000 itu sebanding dengan yang disuguhkan. InsyaAllah ga
bakalan nyesel deh.
Harga Makanan
Berhubung sudah berjalan cukup jauh,
perut mulai keconcongan. Saya memilih jajan pop mie. Makanan yang populer di
sini adalah pop mie. Untuk harganya di area tempat wisata Rp 8000,-. Tapi jika
membeli di luar tempat wisata atau di depan pintu masuk Rp 7000,- lebih murah
dibanding yang di dalam. Kalau saya sih memilih beli di luar saja kan menghemat
Rp 1000,-. Namun secara umum, harga pop mie ini masih murah dibandingkan tempat
wisata lain yang harganya agak “nuthuk.” Satu pop mie panas dihargai Rp
10000,-. Untuk gorengan satu biji dihargai Rp 1000,-. Enak sih hangat-hangat
makan gorengan.
Tadi sekelumit pengalaman saat berkunjung
ke Srambang Park semoga bisa menambah wawasan. Bagi kawan-kawan yang sudah
pernah ke sana, silakan sharing pengalamannya ya. Terimakasih
Wah. Bisa masuk daftar tempat yang akan kukunjungi nih. Ketoke adem banget. Makasih ulasannya ya.
BalasHapusMaturnuwun Bu
BalasHapus