Langsung ke konten utama

Sarapan ala JSR



Semenjak mempraktekkan menu sarapan ala JSR, saya mulai membiasakan diri makan buah sayur pada pagi dan malam hari. Hanya siang hari saja makan nasi. Masih belum bisa meninggalkan nasi putih sih. Namanya berproses ya perlahan-lahan. Usahakan dalam sehari porsi buah dan sayur lebih banyak ketimbang nasinya. Ketika saya mempolakan demikian keluhan sembelit pelan-pelan berkurang.

Kita ketahui harga buah dan sayur lebih mahal ketimbang beli gorengan atau makanan tak menyehatkan lainnya. Saya mulai siasati bagaimana agar tetap bisa makan buah tapi harganya murah. Kalau sarapan semangka, melon, nanas harus membeli utuh. Sementara jika sudah dibuka tidak bisa bertahan lama atau cepat basi. Setelah dipikir-pikir muncullah ide membeli pisang. Kalau beli satu lirang saja bisa bertahan beberapa hari karena setiap satu buah ada kulitnya sehingga bisa tahan tidak mudah basi.





Beruntung saya menemukan pisang emas satu keranjang isi dua lirang hanya dihargai Rp 12000,- . Kalau pisangnya sudah banyak yang matang, tiga lirang malah dihargai Rp 10.000,- . Cukup murah bukan? Satu keranjang bisa cukup untuk tiga hari. Dengan begitu saya sudah dapat menghemat uang. Kalau bosan pisang terus, bisa ditambahkan pepaya. Begitu juga dengan pepaya 1 biji yang beratnya 1,5 kilo harganya 10.500 bisa untuk tiga hari. Terkadang juga dapat pepaya california murah dari teman yang ambil dari petani langsung sekilo dihargai Rp 5000,-.

Selain sarapan buah saya juga konsumsi kurma. Memang sih kadang masih agak lapar tapi niatkan demi kesehatan. Seperti pesan dokter Zaidul Akbar, kondisi lapar itu baik untuk kesehatan justru disitulah sel-sel kanker sedang dihancurkan. Kalau masih kurang, saya kadang makan gudangan. Intinya sayur yang hijau-hijau yang proses masaknya direbus atau kukus.





Memang dalam mempraktekkan ilmu JSR ini saya belum seratus persen meninggalkan gorengan, nasi dan minyak kelapa sawit. Baru sekadar mengurangi. Tapi setidaknya sudah bersyukur akan perubahan kebiasaan tersebut.

Saya mulai tidak tertarik melihat makanan penthol, cilok, bakso bakar dan lain sebagainya. Padahal dulu begitu suka makanan ini. Sekarang lebih tertarik jika melihat buah-buahan. Kalau terpaksa jajan lebih memilih lotek, pecel, gado-gado, siomay dan lain-lain.




Walau makanan ini belum sepenuhnya sehat. Hanya saja ketika jajan, saya akan memilih makanan yang direbus dan bahannya berasal dari produk ciptaan Allah seperti sayur hijau. Sebab, jika bepergian tak selalu kita bawa makanan sendiri, sementara perut lapar maka sebagai gantinya cari makanan yang banyak sayur dan proses pemasakannya direbus atau kukus.




Sarapan ala JSR ini sudah tidak lagi makan nasi, bubur ayam dan lain sebagainya pada pagi hari seperti yang disampaikan dokter Zaidul Akbar. Tersebab pada pagi hari perut kita itu sedang proses pengeluaran atau pembuangan. Jangan tambahi dengan makanan berat. Betul juga sih, bukankah saat pagi hari kita sering BAK dan BAB. 


Waktu yang tepat saat sarapan yakni pukul 09.00 pagi. Tak lupa biasakan bangun dari tidur segera minum air putih dua gelas. Jangan buru-buru sikatan karena mulut orang bangun tidur itu memiliki kandungan anti oksidan sehingga bagus untuk kesehatan.

Efek dari mempraktekkan sarapan ala JSR badan saya terasa ringan. Biasanya perut terasa berat. Apalagi dulu jika habis makan pagi berupa nasi terus mengantuk. Padahal mulai jam 09.00 adalah saatnya untuk bekerja. Benar-benar tidak efektif. Namun ketika membiasakan diri sarapan buah, tidak gampang mengantuk. Memulai aktivitas dengan fresh.


Buah yang sudah diberi perasan jeruk nipis dan madu



Menu Sarapan ala JSR

Bahan: pisang, pepaya, jeruk nipis dan madu
Caranya:
1.   Pisang dan pepaya dipotong-potong
2.  Kasih perasan keruk nipis
3. Beri madu secukupnya
4. Kalau ada garam himalaya lebih bagus dikasih haram sedikit.
Masya Allah rasanya sangat enak. Kalau hanya pakai madu saja tanpa jeruk nipis, terasa “eneg.” Sebaiknya pakai jeruk nipis biar tambah enak. Itu tadi menu sarapan ala JSR. Semoga bermanfaat.



Komentar

  1. Semoga istiqomah. Buah paling murah memang pisang dan pepaya dibanding buah lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aamiin semoga bisa istiqomah. Iya pisang dan pepaya termasuk buah yang ramah di kantong, hehe

      Hapus
  2. Hahaha, ya Allah aku merasa sebagai penduduk Indonesia bagian timbangan nganan tertampol postingan ini. Ha, aku mesti merass kurang jika nasinya ketinggalan. Yuuh ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya dulu juga gitu, kalau ga makan nasi namanya ga makan berat. Tapi lama-lama bisa karena terbiasa.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengunjungi 3 Lokasi Wisata di Semarang

Setiap ada liburan panjang saya biasa gunakan untuk berkunjung ke salah satu tempat wisata. Namanya bepergian pasti membutuhkan waktu, biaya dan fisik yang kuat. Kalau saja pikniknya sampai seharian, sementara besok bekerja, dikhawatirkan tidak masuk kerja karena kecapaian. Maka dari itu gunakan musim liburan ini untuk jalan-jalan. Liburan lebaran tahun kemarin kami pergi ke Demak dan Kudus. Nah, kali ini milih ke Semarang karena memang sudah menjadi keinginan tahun lalu tapi baru terealisasi sekarang. Sebenarnya tidak ada perencanaan matang untuk ke sana. Hanya spontanitas saja. Sejak awal suami ingin ke Masjid Agung Semarang. Mulanya saya agak kurang tertarik. Paling masjid juga gitu-gitu saja. Sebab sudah sering sekali kalau bepergian mampir ke masjid yang dilewati untuk sholat. Tapi akhirnya ikut pilihan suami. Dari Sragen kami berangkat pukul sembilan pagi. Memilih rute Purwodadi-Demak. Arah ini jalannya memang tidak terlalu besar, hanya terdiri dua lajur. Kelebihannya...

Memanfaatkan Biskuit Dibikin Bola-Bola Coklat

Halo Sahabat semuanya, kali ini saya mau berbagi mengenai pengalaman memanfaatkan biskuit yang kurang digemari keluarga dibikin bola-bola coklat. Namanya selera setiap orang beda-beda ya. Ada yang suka dengan rasa durian ada yang tidak. Nah, kebetulan kami pernah dikasih biskuit rasa durian. Saya memang kurang menyukai, tapi bukan berarti tidak enak lho. Bagi pecinta durian pasti senang dengan rasa ini. Sempat memakan beberapa biji tapi selanjutnya kurang selera. Coba saya taruh biskuit tersebut di meja ruang keluarga. Ada satu hingga dua biji dimakan. Tapi setelah saya amati beberapa hari, biskuit tak berkurang sedikit pun. Pernah terbersit untuk dikasih makan ayam. Tapi tiba-tiba mendapatkan ide untuk memanfaatkan makanan tersebut.  Jangan Terburu-buru Membuang Makanan yang Kurang Disukai, Tapi Coba Manfaatkan Terlebih Dahulu  Saya cukup hobi membuat bola-bola coklat. Bahan utama yang digunakan biasanya biskuit regal. Nah, kali ini saya mau memanfaatkan biskui...

Masjid Suciati Saliman, Masjid yang Mengerti Kebutuhan Kaum Hawa

Bermula dari beredarnya informasi sebuah masjid megah viral di media sosial. Aku pun penasaran dan terus mengulik informasi tersebut. Lokasinya ada di Jalan Gito-gati, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Rasanya kok tidak asing dengan nama jalan tersebut. Kalau enggak salah sekitar rumah pemotongan ayam. Meski aku asli Yogya, tapi sudah enam tahun tidak tinggal di sana sehingga mulai banyak yang lupa. Setelah aku tanyakan ke keluarga di Yogya, ah ternyata benar! Lokasi masjid hanya berjarak sekira 1,5 km dari rumah orangtuaku. Cukup dekat bukan. Pertama kali datang ke Masjid Suciati Saliman tahun 2018. Beberapa bulan setelah diresmikan. Kemegahan masjid ini sudah tampak. Arsitektur bangunan ini perpaduan Timur Tengah dan Jawa. Mirip dengan Masjid Nabawi jika dilihat dari pintu berlapis emas dan beberapa menara yang menjulang tinggi. Saat malam hari tampak keindahan cahaya lampu berwarna hijau dari menara masjid.   Dulu sekira tahun 2012-2013 sepekan sekali a...